Materi Kutbah Jumat : Oleh Hartono Ahmad Jaiz
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ
وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا،
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ
وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا
أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ
إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا
رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا
وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ
تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا
أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا.
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ
اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ
الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ
مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ
ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, marilah kita bersyukur kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah berkenan memberikan
berbagai keni’matan bahkan hidayah kepada kita.
Shalawat dan salam semoga Allah tetapkan untuk Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, para
sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia dengan baik sampai akhir zaman.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, mari kita senantiasa bertaqwa
kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa, menjalani perintah-perintah Allah
sekuat kemampuan kita, dan menjauhi larangan-laranganNya.
Jama’ah Jum’ah rahimakumullah, dalam kesempatan yang mulia ini
akan kami kemukakan tentang adanya gejala menjadikan orang baik-baik justru
terpojok, akibat banyaknya pelanggar agama.
Pelanggar agama sekarang mendapat angin kebebasan dan
tidak malu-malu, bahkan dedengkot homosex mau masuk ke Komnas HAM (Hak Asasi
Manusia). Kemudian dia sengaja melecehkan agama sambil membela aliran sesat
Syi’ah dan Ahmadiyah, dengan mengatakan bahwa penistaan agama adalah bagian
dari hak.
Betapa nglunjaknya sikap kurangajar itu. Dan itu tidak
lain sudah ada contohnya yang sangat buruk, para durjana yang bermaksiat dengan
homoseks mengadakan aksi yang sangat memojokkan Nabi Luth ‘alaihis salam.
Dalam al-Qur’an dikisahkan, ketika Nabi Luth ‘alaihissalam
dalam keadaan perasaannya sangat terpojok, ia berucap kepada kaumnya yang
memang jahat-jahat:
أَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَشِيدٌ
“Tidak adakah di antara kamu sekalian itu seorang
laki-laki yang berakal?”
Demikianlah keluhan Nabi Luth ‘alaihis salam (dalam
Al-Qur’an Surat Huud/ 11: 78) terhadap kaumnya yang tidak tahu diri, yang
mendatangi rumah Nabi Luth dengan maksud ingin menghomoseks tamu-tamu Nabi
Luth. Padahal sebenarnya tamu-tamu itu adalah para malaikat yang mengabarkan
akan datangnya adzab Allah SWT terhadap kaum Nabi Luth as. Karena kaum itu
menantang aturan Allah SWT dan mengerjakan perbuatan-perbuatan yang keji yaitu
liwath atau homoseks atau sodomi.
Sejak dulu memang mereka mengerjakan perbuatan keji
dan sangat dicela oleh tabi’at manusia yang wajar, dicela oleh
syari’at-syari’at dan agama. Yaitu mereka suka mengadakan homoseksual,
mengadakan hubungan kelamin sesama lelaki tidak dengan wanita, dan mereka
secara terang-terangan mengadakan berbagai kemunkaran di balai pertemuan
mereka, seperti diterangkan dalam firman Allah Ta’ala,
{ أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ
الرِّجَالَ وَتَقْطَعُونَ السَّبِيلَ وَتَأْتُونَ فِي نَادِيكُمُ الْمُنْكَرَ
فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِ إِلا أَنْ قَالُوا ائْتِنَا بِعَذَابِ اللَّهِ إِنْ
كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (29) }
Artinya: Apakah Sesungguhnya kamu patut mendatangi
laki-laki, menyamun[1149] dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat
pertemuanmu? Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan: “Datangkanlah
kepada Kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar”. (QS
Al-’Ankabuut/ 29: 29).
[1149]
Sebahagian ahli tafsir mengartikan taqtha ‘uunas ‘sabil dengan melakukan
perbuatan keji terhadap orang-orang yang dalam perjalanan karena mereka
sebagian besar melakukan homosexuil itu dengan tamu-tamu yang datang ke kampung
mereka. ada lagi yang mengartikan dengan merusak jalan keturunan karena mereka
berbuat homosexuil itu.
Adzab yang ditimpakan kepada kaum yang jahat itu
dijelaskan oleh Allah SWT:
فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا
عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ (82) مُسَوَّمَةً عِنْدَ رَبِّكَ
وَمَا هِيَ مِنَ الظَّالِمِينَ بِبَعِيدٍ (83)
“Maka tatkala datang adzab Kami, Kami jadikan negeri
kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka
dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi, yang diberi tanda
oleh Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang
dzalim.” (terjemah QS
Huud/ 11:82-83).
Menurut firman Allah dalam Surat Adz-Dzariyaat,
batu-batu itu adalah tanah liat yang terbakar sehingga menjadi batu yang diberi
tanda oleh Allah Ta’ala dengan nama orang-orang yang akan ditimpanya, dan
batu-batu itu dijatuhkan di tempat-tempat yang sering dilalui orang musyrik
Quraisy yang dzalim, ketika mereka berdagang ke negeri Syam, supaya menjadi
peringatan bagi mereka agar jangan memusuhi Nabi Muhammad saw, supaya jangan
ditimpa adzab seperti yang menimpa kaum Nabi Luth as yang ingkar kepada
Nabinya. Memang tempat-tempat itu sering dilalui oleh mereka (musyrikin Quraisy)
bila mereka berdagang di musim panas ke negeri Syam seperti diterangkan dalam
firman Allah, yang artinya:
وَإِنَّكُمْ لَتَمُرُّونَ عَلَيْهِمْ مُصْبِحِينَ (137)
“Dan sesungguhnya kamu (wahai penduduk Makkah) akan
melalui bekas-bekas mereka di waktu pagi.” (As-Shaffat/ 37: 137).
Peristiwa adzab yang sangat mengerikan atas kaum yang
lakonnya jahat (di samping menyembah berhala, mengingkari ajaran-ajaran
Nabinya, masih pula berhomoseks, menyamun/ membegal, dan berbuat kekejian di
tempat-tempat perkumpulan mereka) itu agar menjadi pelajaran nyata bagi para
penentang seperti musyrikin Makkah dan manusia pada umumnya.
Kejahatan memojokkan orang baik-baik
Lakon jahat, brutal, bahkan keji, ketika dilakukan
beramai-ramai dan tanpa tedeng aling-aling, tanpa malu-malu lagi, maka
menjadikan orang-orang yang baik jadi sangat terpojok posisinya, bahkan sangat
dipermalukan. Bagaimana malunya Nabi Luth yang kedatangan tamu, tahu-tahu
“diserbu” oleh kaumnya yang jahat-jahat itu dan akan memperkosa tamu-tamunya
itu dengan ingin menyodominya. Hingga keluar kata-kata:
أَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَشِيدٌ
Tidak adakah di antara kalian itu seorang laki-laki
yang berakal?
Ungkapan Nabi Luth as ini adalah ungkapan yang pas,
ketika keadaan sangat memuncak, ketika menghadapi keadaan yang sangat
memuakkan, brengsek, tak tahu diri, tak tahu aturan, dan tidak ada keuntungan
yang akan didapatkan.
Mungkin orang bisa melontarkan kata-kata yang sama,
misalnya di suatu desa mengalami kondisi yang sangat memuakkan. Warga di satu
belahan dunia misalnya mengangkat orang yang diberi amanah untuk memimpin dan
mengurus warga. Tetapi kemudian aneka macam keburukan dibiarkan. Kejahatan
merajalela, perusakan iman justru seolah dipelihara dengan dalih macam-macam, misalnya
melestarikan budaya nenek moyang, meningkatkan daya tarik pariwisata dan
sebagainya. Padahal berupa kemusyrikan yang sangat dimurkai Allah Ta’ala,
misalnya larung sesaji ke laut ke gunung, ke telaga dan sebagainya. Yang diberi
amanah mengurus warga itu selain membiarkan kemusyrikan, membiarkan pula
orang-orang lemah semakin terpojok, yang miskin pun tidak tertolong
lagi karena masing-masing orang hanya mementingkan dirinya sendiri, bahkan
seperti meniru orang-orang yang dipandang sebagai orang terpandang namun
aman-aman saja ketika berbuat jahat, curang, mementingkan diri dan kelompoknya
sendiri dan sebagainya. Sehingga aneka keburukan merajalela. Orang-orang yang
baik justru terpojok. Bila mengingatkan agar berhenti dari perbuatan buruk,
justru dipermalukan dan disoroti ramai-ramai. Kalau yang terpojok itu seorang
Nabi seperti Nabi Luth ‘alaihis salam pun kata-kata yang pantas untuk diucapkan
adalah:
أَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَشِيدٌ
Tidak adakah di antara kalian itu seorang laki-laki
yang berakal?
Ditanya seperti itu, jawabannya lebih gila lagi,
sebagaimana jawaban kaum Nabi Luth as yang dikisahkan dalam Al-Qur’an:
قَالُوا لَقَدْ عَلِمْتَ مَا لَنَا فِي بَنَاتِكَ مِنْ حَقٍّ وَإِنَّكَ
لَتَعْلَمُ مَا نُرِيدُ (79)
“Mereka menjawab: “Sesungguhnya kamu telah tahu
bahwa kami tidak mempunyai keinginan(maksudnya, mereka tidak punya syahwat
terhadap wanita, tetapi terhadap sesama lelaki) terhadap
puteri-puterimu; dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya
kami kehendaki.” (QS Huud/ 11:79).
Seolah-olah orang-orang itu memukul balik, kamu dari
semula kan sudah tahu. Kami-kami ini kan keadaan dan kemauan kami seperti ini.
Kami ini tidak ada kemauan seperti apa yang kamu inginkan itu. Tapi kami punya
gaya dan kebiasaan serta selera tersendiri yang kamu semua sudah tahu. Bukankah
kamu sudah tahu tentang diri kami yang seperti ini. Kenapa kamu masih
menginginkan kami untuk mengikuti aturanmu. Ora sudi aku yen kok
atur-atur. (Aku tak mau menggubris kalau kamu atur dengan
aturan-aturanmu). Tetapi kalau itu sesuai dengan keserakahanku dan doyananku
maka apapun ya saya datangi, sekalipun ngisin-isini (memalukan)
dan melanggar pernatan (syari’at dan aturan).
Kejahatan yang sudah merajalela bahkan menjadikan
terpojoknya orang baik-baik itu masih pula ditingkahi dengan upaya-upaya untuk
merugikan orang baik-baik. Misalnya berunding dengan orang yang terpidana, atau
meng-ghibah Muslimin di pertemuan orang-orang kafir,
bekerjasama secara rahasia untuk mencelakakan orang baik-baik yakni Muslimin
dan sebagainya.
Memang, tidak gampang menghadapi orang-orang yang
sebenarnya jahat, tetapi mereka tidak mengakui bahwa diri mereka itu jahat, dan
kejahatannya itu bekerjasama dengan orang kafir. Sehingga Ummat Islam
diingatkan, ada jenis manusia-manusia yang difirmankan:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ
مُصْلِحُونَ (11) أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا
يَشْعُرُونَ [البقرة/11، 12]
11. Dan bila dikatakan kepada
mereka:”Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi[24]“. mereka
menjawab: “Sesungguhnya Kami orang-orang yang Mengadakan perbaikan.”
12. Ingatlah,
Sesungguhnya mereka Itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka
tidak sadar. (QS Al-Baqarah: 11, 12).
[24] Kerusakan yang mereka perbuat di muka bumi bukan
berarti kerusakan benda, melainkan menghasut orang-orang kafir untuk memusuhi
dan menentang orang-orang Islam.
Jenis kejahatan mereka
Dalam Al-Qur’an, mereka kaum Nabi Luth as itu
dijelaskan, kejahatan yang nyata adalah:
- Menentang kebenaran.
- Melakukan perbuatan keji.
- Menyamun, yaitu membegal atau merampok orang di perjalanan, barang-barang musafir dirampok, sedang orangnya dibunuh.
- Perkataan mereka di perkumpulan-perkumpulan sangat menjijikkan. Diriwayatkan dari Ummu Hani’ bin Abi Thalib yang menanyakan kepada Rasulullah arti ayat:
وَتَأْتُونَ فِي نَادِيكُمُ الْمُنْكَرَ
“Kamu berbuat munkar di tempat perkumpulan”.
Beliau menjelaskan, bahwa perkataan tersebut berarti mereka senang duduk-duduk
sambil ngobrol di pinggir jalan. Kalau ada seseorang lewat, segera mereka
menuduh yang bukan-bukan serta mengejek dan menghinanya. ( HR Imam Ahmad,
Turmudzi, Thabrani, dan Imam Al-Baihaqy, sebagaimana dikutip dalam Al-Qur’an
dan Tafsirnya,Depag RI, 1985/1986, juz 20, hal 465).
Penyimpangan-penyimpangannya begitu berat dan nyata,
namun mereka tidak merasa bersalah, bahkan menentang keras orang yang
menunjukinya.
Adakah kesamaan dengan sikap kaum Nabi Luth?
Menyimak kisah itu, kita mendapatkan kesan bahwa kaum
Nabi Luth as yang membangkang itu benar-benar keterlaluan.
Dalam daftar kejahatan kaum Nabi Luth as ada 4
kejahatan, seperti tersebut di atas. Mari kita runtut, kejahatan itu dilakukan
pula oleh orang-orang jahat sekarang.
Pertama, menentang aturan yang datangnya dari Allah dan
Rasul-Nya. Kaum Nabi Luth as jelas-jelas menentang aturan agama. Sementara itu,
para penjahat sekarang pun menentang aturan Allah Ta’ala, di antaranya
mengandalkan ilmu kebal, entah pakai sihir, jimat, atau bantuan jin. Itu salah
satu bentuk kemusyrikan, penentangan paling besar terhadap Allah SWT, hingga
merupakan salah satu bentuk dosa terbesar. Jadi ada unsur kesamaan.
Mengenai kebiasaan buruk berupa ilmu kebal, sihir,
santet, perdukunan, khurofat, takhayul dan bid’ah itu adalah
pelanggaran-pelanggaran aqidah yang sangat besar dosanya. Karena sudah jelas
larangan-larangannya.
Larangan sihir. Nabi saw bersabda:
« اجْتَنِبُوا السَّبْعَ
الْمُوبِقَاتِ » . قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ « الشِّرْكُ
بِاللَّهِ ، وَالسِّحْرُ ، وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِى حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ
بِالْحَقِّ ، وَأَكْلُ الرِّبَا ، وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ ، وَالتَّوَلِّى
يَوْمَ الزَّحْفِ ، وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلاَتِ » .
“Jauhilah tujuh dosa besar yang merusak. Para sahabat bertanya: Ya
Rasulallah, apakah tujuh dosa besar yang merusak itu? Beliau menjawab: Menyekutukan
Allah, sihir, membunuh jiwa yang oleh Allah diharamkan kecuali karena hak,
makan harta anak yatim, makan riba, lari dari peperangan, menuduh (berzina)
terhadap perempuan baik-baik yang terjaga lagi beriman.” (HR
Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan An-Nasaai, dari Abu Hurairah, shahih).
“مَنْ عَقَدَ عُقْدَةً، ثُمَّ نَفَثَ فِيهَا، فَقَدْ سَحَرَ، وَمَنْ سَحَرَ
فَقَدْ أَشْرَكَ، وَمَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا وُكِلَ إِلَيْهِ”
“Barangsiapa mengikat suatu ikatan (simpul) kemudian
meniupnya (suatu ikatan yang biasa ditiup dalam bersihir) maka sungguh ia telah
bersihir. Dan barangsiapa bersihir maka sungguh ia telah syirik/ menyekutukan
Allah, dan barangsiapa menggantungkan sesuatu (jimat dan sebagainya) maka dia
diserahkan kepada ( yang digantungkan) nya.” (HR An-Nasaai dan At-Thabrani
dengan dua sanad, salah satu dari dua rawi-rawinya terpercaya).
Larangan bertanya dan mempercayai tukang ramal dan
tukang sihir ataupun dukun.
Nabi Saw bersabda:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ،
أَنَّهُ قَالَ : مَنْ أَتَى عَرَّافًا ، أَوْ سَاحِرًا ، أَوْ كَاهِنًا ،
فَسَأَلَهُ فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ ، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى
مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم
Dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata: “Barangsiapa
mendatangi tukang ramal, atau tukang sihir, atau tukang tenung/ dukun lalu ia
menanyakan sesuatu kepadanya dan percaya terhadap apa yang dikatakannya, maka
sungguh dia telah kufur terhadap wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.” (HR
Al-Bazzar dan Abu Ya’la dengan sanad jayyid)
Larangan pakai ilmu kebal, jimat, tangkal:
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ الْجُهَنِيِّ ، أَنَّهُ جَاءَ فِي رَكْبِ عَشَرَةٍ
إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَايَعَ تِسْعَةً
وَأَمْسَكَ عَنْ بَيْعَةِ رَجُلٍ مِنْهُمْ ، فَقَالُوا : مَا شَأْنُ هَذَا
الرَّجُلِ لاَ تُبَايِعُهُ ؟ فَقَالَ : إِنَّ فِي عَضُدِهِ تَمِيمَةً فَقَطَعَ
الرَّجُلُ التَّمِيمَةَ ، فَبَايَعَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ : مَنْ عَلَّقَ فَقَدْ أَشْرَكَ.
Uqbah bin Amir meriwayatkan bahwa ada sepuluh orang
berkendaraan datang ke Rasulullah saw. Yang sembilan dibai’at, tetapi yang satu
ditahan. Mereka bertanya: Kenapa dia? Lalu Nabi saw menjawab: Sesungguhnya di
lengannya ada tamimah (jimat/ tangkal)! Lalu laki-laki itu memotong
jimatnya/ tangkalnya, maka ia dibai’at oleh Rasulullah saw kemudian beliau
bersabda:
مَنْ عَلَّقَ فَقَدْ أَشْرَكَ.
“Barangsiapa menggantungkan (tangkal/ jimat) maka
sungguh ia telah syirik.” (HR Ahmad dan Al-Hakim, dan lafadh itu bagi Al-Hakim, sedang
periwayat-periwayat Ahmad terpercaya dishahihkan Al-Albani dalam سلسلة
الصحيحة رقم 492 silsilah As-Shohihah nomor 492).
Larangan memakai aji-aji:
عَنِ الْحَسَنِ قَالَ أَخْبَرَنِى عِمْرَانُ بْنُ حُصَيْنٍ أَنَّ النَّبِىَّ
-صلى الله عليه وسلم- أَبْصَرَ عَلَى عَضُدِ رَجُلٍ حَلْقَةً أُرَاهُ قَالَ مِنْ
صُفْرٍ فَقَالَ « وَيْحَكَ مَا هَذِهِ ». قَالَ مِنَ الْوَاهِنَةِ قَالَ « أَمَا
إِنَّهَا لاَ تَزِيدُكَ إِلاَّ وَهْناً انْبِذْهَا عَنْكَ فَإِنَّكَ لَوْ مِتَّ
وَهِىَ عَلَيْكَ مَا أَفْلَحْتَ أَبَداً ».
Diriwayatkan dari Imran bin Hushain, sesungguhnya
Rasulullah saw pernah melihat di lengan seorang lelaki ada gelang –yang saya
lihat ia katakan dari (besi) kuningan– maka beliau berkata: “Celaka kamu,
apa ini? Lalu ia menjawab: Ini adalah termasuk wahinah (aji-aji
untuk melemahkan orang lain). Maka beliau berkata: Adapun barang ini
tidak akan menambahi kamu selain kelemahan; karena itu buanglah dia. Sebab
kalau kamu mati sedang wahinah (aji-aji) itu masih ada pada kamu, maka kamu
tidak akan bahagia selamanya.” (HR Riwayat Ahmad, Ibnu Hibban dalam
kitab shahihnya; dan Ibnu Majah tanpa lafal “buanglah dst…”).
Larangan tathoyyur/ klenik:
Tathoyyur yaitu mempercayai adanya kesialan dikaitkan
dengan alamat-alamat seperti suara burung, tempat, waktu, orang atau anggota
badan yang bergera-gerak/ kedutan dan sebagainya. Dianggapnya
suara burung, hari-hari tertentu dan sebagainya itu sebagai alamat sial.
Itu dikenal dengan istilah klenik, yaitu hitung-hitungan hari, alamat-alamat
dari suara burung, barang jatuh, rumah menghadap ke arah ini atau di tanah itu
dan sebagainya dipercayai sebagai pertanda sial ataupun keberuntungan.
Rasulullah saw bersabda:
”لَيْسَ مِنَّا مَنْ
تَطَيَّرَ وَلا تُطُيِّرَ لَهُ، وَلا تَكَهَّنَ وَلا تُكُهِّنَ لَهُ”أَظُنُّهُ،
قَالَ:”أَوْ سَحَرَ أَوْ سُحِرَ لَهُ”.
“Laisa minnaa man tathoyyaro aw tuthuyyiro lahu aw
takahhana aw tukuhhina lahu, aw saharo aw suhiro lahu.”
Bukan termasuk golongan kami, siapa saja yang
bertathoyyur (merasa sial akibat suara burung dsb dikaitkan dengan klenik) atau
minta diramalkan sial untuknya, atau berdukun/ menenung atau minta ditenungkan,
atau mensihir atau minta disihirkan.” (HR At-Thabrani dari Ibnu Abbas
dengan sanad hasan).
Kedua, kaum Nabi Luth as melakukan kekejian, yaitu
homoseks. Gejala sekarang, orang-orang menyimpang seperti itu punya kelompok,
bahkan mengadakan festival film segala.
Hanya anehnya, ketika ada tokoh-tokoh mereka yang
lakonnya buruk seperti itu mereka diam saja, bahkan sebagian ada yang cenderung
membela-bela dengan aneka dalih.
Ketiga, menyamun, membegal, merampok, ngecu,
nggedor. Barangkali dalam hal ini agak berbeda. Tingkah kaum Nabi Luth as
memang vulgar, kasar, dan benar-benar tampak sekali jahatnya. Sedang
sekarang, penjahat itu ada yang kasar bahkan sampai membunuh dan merampok.
Tetapi ada juga yang dengan cara “halus” yakni korupsi yang bahkan merajalela.
Kemungkinan orang yang masih jujur dan jadi pemberantas korupsi akan terpojok
bagai Nabi Luth ‘alaihis salam.
Keempat, perkataan dan perbuatannya di tempat-tempat perkumpulan
mereka sangat menjijikkan.
Kasus ini, kaum Nabi Luth as suka ngumpul-ngumpul di
pinggir jalan, menggoda dan mengejek orang lewat, dan menuduh yang bukan-bukan.
Kalau sekarang ada juga yang sangat menjijikkan ada kelompok sesekali
berkumpul untuk ronda menjaga kompleks pelacuran. Atau pemudanya tidak sedikit
yang jadi centeng (tukang pukul) ketika orang lain lagi sibuk merayakan hari
raya kekafiran mereka di rumah-rumah sesembahan mereka.
Atau mereka sekadar kumpul-kumpul dengan musuh-musuh
Islam untuk ngrasani/ ghibahkejelekan orang Islam yang dianggap
berseberangan dengan kelompoknya. Atau kumpul-kumpul di kuburan untuk melakukan
kemusyrikan, bid’ah, khurofat dan aneka pelanggaran aqidah yang menjadi
kegemaran kelompok mereka, dan kalau dinasihati dengan ayat dan hadits malah
lebih galakan mereka suaranya. Hingga orang baik-baik yang mau menasihatinya
justru terpojok.
Semoga Allah Ta’ala memberi hidayah kepada kita dan
orang-orang yang mau bersungguh-sungguh untuk mentaati syari’at-Nya. Dan semoga
Allah Ta’ala menghindarkan Ummat Islam dari aneka fitnah yang kadang sampai
memojokkan orang Muslim hingga orang baik-baik justru terpojok. Hanya Allah lah
yang Maha menolong hamba-Nya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْوَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرّحِيْمِ.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ
وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا،
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى:
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ
اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ
سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى
رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ،
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ
أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً
وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ
أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى
الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ
الصَّلاَةَ.
Judul semula: Saatnya Orang Baik-baik Terpojok
(nahimunkar.com)
0 comments:
Post a Comment